Selasa, 11 Januari 2011

Visi, Misi dan Karakter Kepemimpinan Umat


Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-5 dijadwalkan berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta , 7 s.d. 10 Mei 2010. Sekitar 800 peserta diperkirakan bakal hadir pada perhelatan akbar yang rencananya diikuti antara lain tokoh-tokoh umat Islam, ulama, wakil organisasi massa , unsur pondok pesantren, cendekiawan muslim, lembaga Islam nasional dan internasional, profesional pendidikan, ekonomi, perbankan, dan kalangan perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Tanah Air. Ketua Panitia Pengarah KUII ke-5 Din Syamsuddin mengatakan, Kongres umat Islam ke-5 akan membahas masalah kepemimpinan umat Islam dalam konteks Negara Kesatuan RI yang meliputi paradigma, visi, dan karakter kepemimpinan Islam. Selain itu, penguatan kelembagaan umat dan penguatan jaringan komunikasi kelembagaan. (Pikiran Rakyat on line, 08/04/2010).
Membicarakan visi, misi dan karakter kepemimpinan umat saat ini sungguh sangat relevan bahkan penting bagi kehidupan umat ke depan. Negara Indonesia , meski telah merdeka selama 65 tahun, namun belum bisa menjadi Negara maju. Hal tersebut tidak terlepas dari–bahkan disebabkan oleh–kerangka aturan perundang-undangan dan pilihan sistem ekonomi yang diadopsi, serta masalah politik yang sangat dipengaruhi oleh faktor kepimimpinan yang ada saat ini.
Fakta membuktikan, pasca reformasi banyak kasus-kasus besar yang terungkap–korupsi, misalnya–membuktikan semuanya itu. Belum lagi undang-undang baru yang terus diproduksi, banyak yang dibuat atas pesanan dan tekanan pihak asing; seperti UU Migas, UU SDA, UU Penanaman Modal, dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa negeri ini sebenarnya belum merdeka. Karena itu, visi kepemimpinan Islam yang dibutuhkan oleh negeri ini adalah mewujudkan Indonesia yang merdeka dalam seluruh aspek kehidupan.
            Dalam pandangan Islam, visi kemerdekaan ini hanya bisa diwujudkan dengan membebaskan umat Islam dan rakyat secara umum dari segala bentuk pengabdian/penghambaan kepada yang lain, selain kepada Allah SWT. Caranya tidak lain dengan menerapkan syariah-Nya untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Penerapan syariah Islam secara kaffah sejatinya adalah pembebas bagi Indonesia dan yang akan mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Misi kepemimpinan umat pun harus sejalan dengan visi tersebut, yaitu dengan mewujudkan penghambaan semata-mata hanya kepada Allah dengan tunduk dan patuh pada perintah dan larangan-Nya. inilah yang akan mewujudkan kemerdekaan yang hakiki, kebangkitan umat Islam dan seluruh rakyat serta kemajuan Indonesia dan kemaslahatan bagi semua (rahmatan lil alamin).
            Visi dan misi itu tidak akan bisa diwujudkan oleh sembarang kepemimpinan. Ia hanya bisa diwujudkan oleh kepemimpinan Islam yang memiliki karakter-karakter tertentu, yaitu yang memenuhi syarat-syarat pokok kepemimpinan Islam (Muslim, laki-laki, balig, berakal, merdeka, adil, dan mampu) dan semaksimal mungkin memenuhi syarat-syarat keutamaan (mujtahid, tegas dan pemberani, dsb). Kepemimpinan Islam itu juga harus memiliki karakter menjadikan syariah sebagai dasar pengambilan keputusan dan pengaturan masyarakat dan dirinya; menolak penjajahan dengan segala bentuknya; serta menolak segala bentuk pemikiran sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
            Oleh karena itu jika ingin menyatukan umat, mewujudkan ukhuwah islamiyah, dan mewujudkan Indonesia yang bermartabat, tiada cara lain kecuali dengan berupaya mewujudkan kepemimpinan Islam dalam bentuk kepemimpinan negara yang menerapkan syariah, yaitu Khilafah. Di sinilah pentingnya seluruh komponen/kelompok umat berupaya mewujudkannya.
            Maka dari itu, KUII V yang terselenggara tentu diharapkan bisa menjadi momentum awal terbentuknya kesamaan visi dan misi umat dan terbangunnya kesepahaman tentang kepemimpinan Islam dan karakternya. Selanjutnya, diharapkan seluruh komponen umat dan lembaga keumatan bisa merumuskan langkah-langkah strategis untuk mewujudkannya dalam sistem Khilafah Islamiyah.
            Untuk itu, marilah kita bersama-sama menyongsongnya

Oleh: Shintia Rizki Nursayyidah
Surat Pembaca tanggal 5 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar